Wirausaha Dan Masa Depan Bangsa
Menteri Perekonomian
yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa meluncurkan
program pelatihan kewirausahaan yang melibatkan generasi muda usia 17 hingga 25
tahun. Dalam pernyataanya, dirinya mengungkapkan program yang diluncurkan ini
berbeda dibandingkan dengan program pemberdayaan kewirausahaan yang pernah
ada.
Perbedaannya terkandung
unsur kompetisi yang dilakukan di 11 kota di Indonesia. Diantaranya
Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
Makassar, Banjarmasin, Aceh dan Jayapura. Dengan melibatkan sebanyak 500 hingga
1000 orang. Rencana selanjutnya, program ini akan terus dikembangkan di
seluruh pelosok Indonesia dari Aceh hingga Papua dan daerah terpencil.
Sejarah mencatat
wirausaha berperan penting dalam menyelamatkan ekonomi nasional.
Wirausaha bagi bangsa ini, bagaikan oasis dalam menghangatkan dahaga. Belajar
dari pengalaman, ketika krisis moneter yang menghingapi negeri ini yang
berujung pada tragedi 98, menjadi bagian sejarah pahit perekonomian
bangsa. Keadaan pada saat itu, terkesan terjadi secara tragis.
Saat itu, menjadikan
catatan tersendiri bagi bangsa ini, catatan hitam paling suram dalam sejarah
perekonomian negeri. Catatan ini akan selalu ada dan melekat yang tak
akan lekang oleh waktu. Sebagaimana kita selalu mengingat black Tuesday yang
menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut
sebagai malaise. Kerusuhan terjadi, penjarahan terjadi disudut-sudut ibu kota,
puncaknya adalah terjadinya kesengsaraan melanda didalam sendi-sendi kehidupan
rakyat.
Kesengsaraan ini
diperburuk dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja sepihak yang dilakukan
pengusaha kepada pekerja, dikarenakan situasi dan kondisi perekonomian negara
yang bisa dikatakakan tidak setabil dan tidak adanya kepastian akan pulihnya
perekonomian bangsa.
Satu-satunya pemyelamat
perekonomian saat itu adalah wirausaha. Kenyataan ini membuktikan
kewirausahaan (entrepreurship) bagaiakan sebuah mata uang yang tak
terpisahkan bagi perekonomian bangsa ini. Apa lagi dengan adanya sebuah
adigium yang mengatakan kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu negara sangat
ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan itu sendiri.
Tak mengherankan pada
akhirnya jika suatu negara tidak memiliki sumber utama ini, jangan pernah
bermimpi negara itu akan mengalami kemajuan yang signifikan. Sebaliknya,
kemajuan yang telah terjadi pada suatu bangsa dapat dilihat dari keberadaan dan
peranan kelompok wirausahawan ini. Penulis menilai inilah yang menjadi alasan
utama Hatta rajasa dan PAN dalam memberikan rasa tanggung jawabnya kepada
masyarakat, agar masyarakat dinegeri ini mampu menjadi masyarakat yang maju dan
mandiri yang mampu memperkokoh sendi-sendi perekonomian nasional.
Menurut pria berambut
perak ini, wirausaha bukan seorang pengusaha dalam arti sempit. Wirausaha
adalah nilai, sikap, prilaku, cara berpikir, dan jiwa kepemimpinan. Seorang
wirausaha adalah seorang pemberani, bukan pengecut. Karena dia memiliki mimpi
untuk merubah dunia ini. ”Pengecut tidak berani ambil resiko. Pemberani bisa
menghitung resiko, bukan mengambil resiko tanpa perhitungan,” ujar mantan
pengusaha ini.
Dia yakin Indonesia
adalah tempat subur bagi tumbuhnya wirausaha. Negara demokratis seperti
Indonesia menghargai ide dan kreativitas. Negara yang tidak mengaplikasikan
demokrasi sulit menumbuhkan persaingan, kreativitas terbelenggu. ”Kreativitas
wirausaha tidak bisa dibelenggu, karena wirausaha seorang yang bebas,” kata Hatta.
Ketua Ikatan Alumni ITB ini menegaskan, sebuah negara tidak mungkin mencapai
kemajuan tanpa didukung wirausaha.
Memang kita akui
Indonesia adalah negara yang memiliki segala sumber daya alam yang tak
terhingga. Namun, sangat disayangkan wirausaha yang dimilikinya ternyata
tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Secara historis dan
konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total
penduduk agar bisa maju. Padahal Indonesia merupakan bangsa besar dengan jumlah
penduduk 230 juta jiwa, dan kekayaan alam yang melimpah. Tapi hanya sekitar
0,24 persen yang jadi wirausaha.
Bandingkan dengan
Malaysia yang tiga persen penduduknya berwirausaha, Tiongkok 10 persen. Pada
umunya, negara maju memiliki wirausaha yang lebih banyak ketimbang negara
berkembang, apalagi negara miskin. Amerika Serikat, misalnya, memiliki
wirausaha 11,5% dari total penduduknya. Sekitar 7,2% warga Singapura adalah
pengusaha sehingga negara kecil itu maju.
Penulis menilai
Wirausahawan itu bagikan pahlawan tanpa tanda jasa, Karena wirausahawan mampu
menciptakan lapangan kerja, memberi nilai tambah bagi negeri ini serta mampu
membangkitkan pertumbuhan ekonomi nasional. Tak mengherankan pada akhirnya,
Hatta berjanji akan mengawal terus alumni pelatihan wirausaha yang dirinya
bentuk dengan cara memberikan bimbingan dan akses modal.
Seperti diketahui
pemerintah saat ini, memiliki banyak skema pinjaman bagi wirausaha. Misalnya
Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 20 triliun per tahun, dan akan
ditingkatkan menjadi Rp 30 triliun tahun depan. Langkah lainnya yang dilakukan
Hatta dengan meminta perbankan memprioritaskan para wirausaha pemula ini.
Keseriusan Hatta patut dicontoh apa lagi pengusaha pemula senantiasa harus
terus dipupuk, dibimbing dalam inkubator. Tujuannya agar pengusaha muda
mampu bersaing dan tumbuh kembang.
Tujuan dari kompetisi
program pelatihan kewirausahaan itu sendiri untuk mencari entrepreneur muda
yang benar-benar mau berusaha dan gigih untuk merubah nasibnya dan menciptakan
lapangan kerja baru. Apa lagi generasi muda adalah generasi penerus bangsa.
Ditangan pemuda inilah pada akhirnya nasib bangsa ditentukan. Alasan
diluncurkanya program ini menurut Hatta, merupakan bentuk pertanggungjawaban
partai yang dipimpinnya kepada masyarakat. Langkah yang dilakukan Hatta
dan PAN, menunjukan keseriusan akan kemajuan nasib bangsa ini
kedepannya.